Pages

Thursday 30 September 2010

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Setiap wanita selalu menginginkan dirinya selalu tampil cantik. Seakan kecantikan seperti telah menjadi sebuah keharusan untuk diri seorang wanita.
Kecantikan umumnya tidak bisa dilepaskan dari perhiasan, kosmetik, mode, cara berjalan, cara tersenyum, dan beragam cara-cara agar cantik. 

Kecantikan dan keindahan merupakan salah satu fitrah yang dimiliki setiap wanita. Cantik dan perasaan ingin cantik adalah nikmat dari Allah swt yang diberikan kepada setiap wanita. 
Oleh karena itu, kecantikan dan apapun yang ada pada diri wanita sesungguhnya anugerah sekaligus ujian (fitnah).

Cantik yang alami dan agung sebenarnya adalah yang terpancar dari dalam hati atau jiwa manusia itu sendiri. Seperti nilai keikhlasan, kesabaran, kejujuran, dan suka menolong makhluk ciptaan-Nya. 

Ibu Abbas berkata : " Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan  cahaya di dalam hati, membersihkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rezeki dan menumbuhkan rasa cinta dihati manusia kepada-Nya. (Tafsir ibnu Katsir)
Secantik apapun wanita itu manakala perilaku dan akhlaknya rusak, maka lunturlah kecantikannya.

Ketika seorang muslimah yang shalihah memahami akan hakikat kehidupan di dunia ini, maka hatinya senantiasa dipenuhi kerinduan kepada Allah SWT. hatinya di liputi oleh keimanan dan selalu berusaha memurnikan ibadahnya kepada Allah . Hatinya selalu takut dan terikat dengan Rabb nya. InsyaAllah

Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh





~CahayaHati~

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh


Izinkan Abang Nikah Satu Lagi...
www.iLuvislam.com
nur fitrah
editor : kasihsayang


"Sayang, Abang minta izin untuk menikah lagi," Aliyah yang sedang melipat kain, terdiam seketika. Mungkin terkejut. Adakah pendengarannya kian kabur lantaran usianya yang kian beranjak. Adakah dialog tadi hanya dilafazkan di dalam TV, sementara TV juga dipasang. Tapi, ahh bukanlah.
TV sedang menayangkan iklan Sunsilk, mustahil sudah ada siri baru iklan Sunsilk?

Dia menghela nafas panjang.

Dia memandang sekali imbas wajah Asraf Mukmin, kemudian tersenyum. Meletakkan kain yang telah siap dilipat di tepi, bangun lantas menuju ke dapur. Langkahnya diatur tenang. Segelas air sejuk diteguk perlahan. Kemudian dia ke kamar Balqis, Sumayyah, Fatimah. Rutin hariannya, mencium puteri-puterinya sebelum dia masuk tidur. Dahulu, semasa puterinya masih kecil, rutin itu dilakukan dengan suaminya. Kini, anak-anak kian beranjak remaja. Kemudian, dia menjenguk kamar putera bujangnya yang berdua, si kembar, Solehin dan Farihin. Terakhir dia kembali kepada suaminya.

Asraf Mukmin hanya diam, membatu diri. Dia amat mengenali isterinya. Jodoh yang diatur keluarga hampir 16 tahun yang lepas menghadiahkan dia sebuah keluarga yang bahagia, Aliyah adalah ikon isteri solehah. Namun, kehadiran Qistina, gadis genit yang menjabat sekretaris di kantornya benar-benar membuatkan dia lemah.

"Kau mampu Asraf, dengan gaji kau, aku rasa kau mampu untuk beri makan 2 keluarga," sokongan Hanif, teman sekantor menguatkan lagi niat apabila dia berhadapan dengan Aliyah.

" Abang Asraf, Qis tak kisah. Qis sanggup bermadu jika itu yang ditakdirkan. Bimbinglah Qis, Qis perlukan seseorang yang mampu memimpin Qis," masih terngiang-ngiang bicara lunak Qis.

Akhir-akhir ini, panas rasanya punggung dia di rumah. Pagi-pagi, selesai solat subuh, cepat-cepat dia bersiap untuk ke kantor. Tidak seperti biasanya, dia akan bersarapan  bersama isteri dan anak- anak. Aduhai, penangan Qis gadis kelahiran Bumi Kenyalang benar-benar menjerat hatinya.

" Abang , Aliyah setuju dengan permintaan Abang. Tapi, Aliyah mau berjumpa dengan wanita itu," Lembut dan tenang sayup-sayup suara isterinya. Dia tahu, Aliyah bukan seorang yang panas hati. Aliyah terlalu sempurna, baik tetapi ahh hatinya kini sedang mengilai wanita yang jauh lebih muda.

"Bawa dia ke sini, tinggalkan dia bersama Aliyah selama 1 hari saja, boleh?" pelik benar permintaan isterinya. Hendak diapakan  buah hatinya itu? Namun, tanpa sadar dia mengangguk, tanda setuju. Sebab, dia yakin isterinya tidak akan melakukan perkara yang bukan-bukan. Dan hakikatnya dia seharusnya bersyukur. Terlalu bersyukur. Kalaulah isterinya itu wanita lain, alamatnya perang dunia meletus lah jawabnya. Melayanglah periuk belanga. Ehhh, itu zaman dulu-dulu. Zaman sekarang ini, isteri-isteri lebih bijak.

Teringat dia kisah seorang tentara yang disimbah dengan asid, gara-gara menyuarakan keinginan untuk menambah cawangan lagi satu. Kecacatan seumur hidup diterima sebagai hadiah sebuah perkahwinan yang tidak sempat dilangsungkan. Dan dia, hanya senyuman daripada Aliyah.

"Apa, nak suruh Qis jumpa dengan isteri Abang," terjegil bulat mata Qis yang berwarna hijau. "Kak Aliyah yang minta," masih lembut dia memujuk Qis.

"Biar betul, apa yang diinginkan dari Qis?" "Takutlah Qis, kalau khilaf dia bisa bunuh Qis!" terkejut Asraf Mukmin. "Percayalah Qis, Aliyah bukan macam itu orangnya. Abang sudah lama hidup dengannya. Abang faham," Qistina mengalih pandangannya.

Mahu apakah bakal madunya berjumpa dengannya? Dia sering disogokkan dengan berbagai cerita isteri pertama menganiaya isteri kedua. Heh, ini Qistina lah. Jangan haraplah jika mau menganiaya aku. Desis hati kecil Qistina. Hari ini genap seminggu Qistina bercuti seminggu. Seminggu jugalah dia merindu. Berapa kali dicoba untuk menghubungi Qistina, namun tidak berhasil. Teman serumah menyatakan mereka sendiri tidak mengetahui ke mana Qistina pergi. Genap seminggu juga peristiwa dia menghantar Qistina untuk bertemu oleh Aliyah. Sedangkan dia diminta oleh Aliyah bermunajat di Masjid Putra. Di masjid itu, hatinya benar-benar terusik. Sekian lamanya dia tidak menyibukkan dirinya dengan aktiviti keagamaan di masjid Putra.

Dulu, sebelum dia mengenali Qistina, saban malam dia akan bersama dengan Aliyah serta anak-anaknya, berjemaah dengan kariah masjid. Kemudian menghadiri majlis kuliah agama. Membaca Al-Quran secara bertaranum itu adalah kesukaannya. Namun, lenggok Qistina melalaikannya. Haruman Qistina memudarkan bacaan taranumnya. Hatinya benar-benar sunyi. Sunyi dengan tasbih, tasmid yang sering dilagukan. Seharian di Masjid Putra, dia cuba mencari dirinya, Asraf Mukmin yang dulu. Asraf Mukmin anak Imam Kampung Seputih. Asraf Mukmin yang asyik dengan berzanji. Menitis air matanya. Hatinya masih tertanya-tanya, apakah yang telah terjadi pada hari itu. Aliyah menunaikan tanggungjawabnya seperti biasa. Tiada kurangnya layanan Aliyah. Mulutnya seolah-olah terkunci untuk bertanya hal calon madu Aliyah.

Tit tit... sms menjengah masuk ke kantung inbox hensetnya. "Qis minta maaf.
Qis bukan pilihan terbaik utk Abang jadikan isteri.
Qis tidak sehebat kak Aliyah.
Qis perlu jadikan diri Qis sehebatnya untuk bersama Abang"

Dibawah HPnya, ada selembar sampul besar.

Kepada: Asraf Mukmin, Suami yang tersayang...

Asraf Mukmin diburu kehairanan. Sampul berwarna cokelat yang hampir saiz dengan A4 itu dibuka perlahan.



---------------------------------------------------------------

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasihani.


Salam sejahtera buat suami yang tercinta, moga redhaNya sentiasa mengiringi jejak langkahmu. Abang yang dikasihi, genap seminggu sesi temuduga yang Aliyah jalankan pada Qistina. Terima kasih kerana Abang membawakan Aliyah seorang calon madu yang begitu cantik. Di sini Aliyah kemukakan penilaian Aliyah.


1. Dengan ukuran badan ala-ala model, dia memang mengalahkan Aliyah yang sudah tidak nampak bentuk badan. Baju- bajunya memang mengikut peredaran zaman. Tapi, Aliyah sayangkan Abang. Aliyah tak sanggup Abang diseret ke neraka kerana menanggung dosa. Sedangkan dosa Abang sendiri pun, masih belum termampu untuk dijawab di akhirat sana , apalagi Abang nak menggalas dosa org lain. Aliyah sayangkan Abang...

2. Aliyah ada mengajak dia memasak. Memang pandai dia masak, apatah lagi western food. Tapi, Aliyah sayangkan Abang. Aliyah tahu selera Abang hanya pada lauk pauk kampung. Tapi tak tahulah pula Aliyah kalau-kalau selera Abang sudah berubah. Tapi, Aliyah masih ingat lagi, masa kita sekeluarga singgah di sebuah restoran western food, Abang muntahkan semua makanan western food tu. Lagi satu, anak-anak kita semuanya ikut selera ayah mereka. Kasihan nanti, tak makan la pula anak-anak kita. Aliyah sayangkan Abang...

3. Aliyah ada mengajak dia solat berjemaah. Kelam kabut dibuatnya. Aliyah minta dia jadi Imam. Iyalah, nanti dia akan menjadi ibu dari anak Abang yang akan lahir, jadinya Aliyah harapkan dia mampu untuk mengajar anak-anak Abang untuk menjadi imam dan imamah yang beriman. Tapi, kalau dia sendiri pun kalang kabut memakai mukena... Aliyah sayangkan Abang...

Abang yang disayangi, cukuplah rasanya penilaian Aliyah. Kalau diungkap satu persatu, Aliyah tak terdaya. Abg lebih memahaminya. Ini penilaian selama 1 hari, Abang mungkin dapat membuat penilaian yang jauh lebih baik memandangkan Abang mengenalinya lebih dari Aliyah mengenalinya.

Abang yang dicintai, di dalam sampul ini ada surat izin  berpoligami.
Telah siap Aliyah tandatangan. Juga selembar tiket penerbangan MAS ke Sarawak.
Jika munajat Abang di Masjid Putra mengiayakan tindakan Abang ini, ambillah borang ini, isi dan pergilah kepada Qistina.
Oh ya, lupa nak cakap, Qistina telah berada di Sawarak. Menunggu Abang...
Aliyah sayangkan Abang...

Tetapi jika Abang merasakan Qistina masih belum cukup hebat untuk dijadikan isteri Abang, pergilah cari wanita yang setanding dengan Aliyah... Aliyah sayangkan Abang.

Tetapi, jika Abang merasakan Aliyah adalah isteri yang hebat untuk Abang.. tolonglah bukakan pintu kamar ini. Aliyah bawakan sarapan kegemaran Abang, roti canai.. air tangan Aliyah.

Salam sayang, Aliyah Najihah binti Mohd Hazery.


Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh






~iluvIslam.com~

Wednesday 29 September 2010






Karya : Muhammad Sutiyadi


Segenggam Gundah Pagi tadi sewaktu berangkat menuju kantor saya melewati sebuah rumah, 50 meter dari rumah saya dan melihat seorang isteri mengantar suaminya sampai pagar depan rumah. "Yah, beras sudah habis loh...," ujar isterinya. Suaminya hanya tersenyum dan bersiap melangkah, namun langkahnya terhenti oleh panggilan anaknya dari dalam rumah, "Ayah, besok Agus harus bayar uang praktek."



"Iya...," jawab sang Ayah. Getir terdengar di telinga saya, apalah lagi bagi lelaki itu, saya bisa menduga langkahnya ketempat tugas semakin berat.

Banyak para Ayah setiap pagi membawa serta gundah mereka, mengiringi setiap langkah hingga ke kantor. Keluhan isteri tentang uang belanja yang sudah habis, bayaran sekolah anak yang tertunggak sejak bulan lalu, susu si kecil yang tersisa di sendok terakhir, bayar tagihan listrik, hutang di warung tetangga yang mulai sering mengganggu tidur, dan segunung gundah lain yang kerap membuatnya terlamun.

Tidak sedikit Ayah yang tangguh yang ingin membuat isterinya tersenyum, meyakinkan anak-anaknya tenang dengan satu kalimat, "Iya, nanti semua Ayah bereskan," meski dadanya bergemuruh kencang dan otaknya berputar mencari jalan untuk janjinya membereskan semua gundah yang ia genggam.

Maka sejarah pun berlangsung, banyak para Ayah yang berakhir di tali gantungan tak kuat menahan beban ekonomi yang semakin menjerat cekat lehernya. Baginya, tali gantungan tak bedanya dengan jeratan hutang dan rengekan keluarga yang tak pernah bisa ia sanggupi. Sama-sama menjerat, bedanya, tali gantungan menjerat lebih cepat dan tidak perlahan-lahan.

Tidak sedikit para Ayah yang membiarkan tangannya berlumuran darah sambil menggenggam sebilah pisau mengorbankan hak orang lain demi menuntaskan gundahnya. Walau akhirnya ia pun harus berakhir di dalam penjara. Yang pasti, tak henti tangis bayi di rumahnya, karena susu yang dijanjikan sang Ayah tak pernah terbeli.

Tak jarang para Ayah yang terpaksa menggadaikan keimanannya, menipu rekan sekantor, mendustai atasan dengan memanipulasi angka-angka, atau berbuat curang di balik meja teman sekerja. Isteri dan anak-anaknya tak pernah tahu dan tak pernah bertanya dari mana uang yang didapat sang Ayah. Halalkah?

Karena yang penting teredam sudah gundah hari itu.

Teramat banyak para isteri dan anak-anak yang setia menunggu kepulangan Ayahnya, hingga larut yang ditunggu tak juga kembali. Sementara jauh disana, lelaki yang isteri dan anak-anaknya setia menunggu itu telah babak belur tak berkutik, hancur meregang nyawa, menahan sisa-sisa nafas terakhir setelah dihajar massa yang geram oleh aksi pencopetan yang dilakukannya. Sekali lagi, ada yang rela menanggung resiko ini demi segenggam gundah yang mesti ia tuntaskan.

Sungguh, di antara sekian banyak Ayah itu, saya teramat salut dengan sebagian Ayah lain yang tetap sabar menggenggam gundahnya, membawanya kembali ke rumah, menyertakannya dalam mimpi, mengadukannya dalam setiap sujud panjangnya di pertengahan malam, hingga membawanya kembali bersama pagi.

Berharap ada rezeki yang Allah berikan hari itu, agar tuntas satu persatu gundah yang masih ia genggam. Ayah yang ini, masih percaya bahwa Allah takkan membiarkan hamba-Nya berada dalam kekufuran akibat gundah-gundah yang tak pernah usai.

Para Ayah ini, yang akan menyelesaikan semua gundahnya tanpa harus menciptakan gundah baru bagi keluarganya. Karena ia takkan menuntaskan gundahnya dengan tali gantungan, atau dengan tangan berlumur darah, atau berakhir di balik jeruji pengap, atau bahkan membiarkan seseorang tak dikenal membawa kabar buruk tentang dirinya yang hangus dibakar massa setelah tertangkap basah mencopet.

Dan saya, sebagai Ayah, akan tetap menggenggam gundah saya dengan senyum. Saya yakin, Allah Subhana Wata'ala suka terhadap orang-orang yang tersenyum dan ringan melangkah di balik semua keluh dan gundahnya.

Semoga...!! --

Tuesday 28 September 2010





Seorang pria dan kekasihnya menikah
dan acaranya pernikahannya sungguh megah.
Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan
dan menikmati hari yang berbahagia tersebut.
Suatu acara yang luar biasa mengesankan.

Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya
dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah.
Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan
bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian,
sang istri berkata kepada suaminya,
"Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah
tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan," 

katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.
"Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita.

Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut
dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia"
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya
yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya
mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama.

Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar
dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.
Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.
"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri.
Ia lalu mengeluarkan daftarnya.
Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman.

Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya,
ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir.
"Maaf, apakah aku harus berhenti?" tanyanya.
"Oh tidak, lanjutkan" jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar,
lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja
dan berkata dengan bahagia
"Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu". 

Dengan suara perlahan suaminya berkata
"Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku.
Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna,
dan aku tidak ingin merubahmu.
Engkau adalah dirimu sendiri.
Engkau cantik dan baik bagiku.
Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang" 


Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta
serta isi hati suaminya.
Bahwa suaminya menerimanya apa adanya,
Ia menunduk dan menangis. 



*.dikutip dari salah satu artikel di bluefame

Segala puji bagi Allah, Rabb yang telah menunjuki jalan pada bersihnya hati. Sungguh beruntung orang yang mau mensucikan hatinya. Sungguh merugi orang yang mengotori hatinya. 
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Hasan Al Bashri berkata,
"Engkau tidak akan memperoleh hakikat iman selama engkau mencela seseorang dengan sebuah aib yang ada pada dirimu sendiri. Perbaikilah aibmu, baru kemudian engkau perbaiki orang lain.
Setiap kau perbaiki satu aibmu, maka akan tampak aib lain yang harus kau perbaiki. Akhirnya kau sibuk memperbaiki dirimu sendiri. Dan sesungguhnya, hamba yang paling dicintai Allah adalah dia yang sibuk memperbaiki dirinya sendiri."

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, tidak ada hari seperti hari kiamat dimana aib terbuka dan mata menangis.
Nasehat ini adalah nasehat untuk diri sendiri karena asalnya nasehat adalah memang demikian. 
Ya Allah, tunjukkanlah pada kami jalan untuk selalu memperbaiki jiwa ini. Amin Yaa Samii’um Mujiib.








~SikatHati~




Masalah besar, masalah kecil pernah aku hadapi. 
Beberapa masalah bisa aku lewati, sebagian masalah masih aku hadapi dengan tetap berbaik sangka atas rencana Allah kepadaku. Berbagai keinginan dan cita-citapun aku niatkan dalam hati dan berharap Allah meridhoi. 
Mengharapkan dihapusnya dosa-dosa yang bergelimang sejak aku baligh sampai saat ini selalu aku impikan. 
Terbayang banyak sekali tuntutan dan harapan dan sebagainya dalam kehidupan yang aku lewati. 


Aku selalu memburu ridho, petunjuk dan karunia Allah untuk memecahkan permasalahanku.
Hati merenung, permasalahan sengaja disebar, cobaan sengaja ditebar agar kita kembali kepada Allah swt. Harapan sengaja ditangguhkan agar kita banyak mengengadahkan tangan kepada Allah swt. Ampunan sengaja dirahasiakan agar tangan selalu bergantung ke langit . 
Menengadahkan tangan ke langit bukan suatu kehinaan tetapi kemuliaan, terlebih lagi bisa disertai dengan pejaman dan tetesan air mata.







~sikathati~

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

Sewaktu lagi blog walking, tak sengaja saya menemukan tuisan ini di suatu forum, isinya cukup menggetarkan hati, hingga membuatkeyboard laptop saya basah tanpa sadar…
Ada sebuah riwayat yang diceritakan oleh Ibn Husain, yang kiranya patut kita renungkan. Isi firman ALLAH SWT yang berbunyi :
***
“Demi kemuliaan dan kebesaran KU dan juga demi kemurahan dan ketinggian kedudukan KU di atas Arsy. AKU akan mematahkan harapan orang yang berharap kepada selain AKU dengan kekecewaan. Akan AKU pakaikan kepadanya pakaian kehinaan di mata manusia. AKU singkirkan ia dari dekat KU, lalu Ku putuskan hubungan KU dengannya.
Mengapa ia berharap kepada selain AKU, ketika dirinya sedang dalam kesulitan, padahal sesungguhnya kesulitan itu berada ditangan KU. Dan hanya AKU yang dapat menyingkirkan nya !
Mengapa ia berharap kepada selain AKU dengan mengetuk pintu-pintu lain, padahal pintu-pintu itu tertutup !
Padahal, hanya pintu KU yang terbuka bagi siapapun yang berdo’a memohon pertolongan dari KU.
Siapakah yang pernah mengharapkan AKU untuk menghalau kesulitannya lalu AKU kecewakan ?
Siapakah yang pernah mengharapkan AKU karena dosa-dosanya yang besar, lalu AKU putuskan harapannya ?
Siapakah pula yang pernah mengetuk pintu KU lalu tidak AKU bukakan ?
AKU telah mengadakan hubungan yang langsung antara AKU dengan angan-angan dan harapan seluruh makhluk KU. Akan tetapi, mengapa mereka malah bersandar kepada selain AKU ?
AKU telah menyediakan semua harapan hamba-hamba KU, tetapi mengapa mereka putus asa & tidak puas dengan perlindungan KU ?
Dan AKU pun telah memenuhi langit KU dengan para malaikat yang tiada pernah jemu bertasbih pada KU, lalu AKU perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara AKU dan hamba-hamba KU. Akan tetapi, mengapa mereka tidak percaya kepada firman-firman KU. Tidakkah mereka mengetahui bahwa siapa pun yang ditimpa oleh bencana yang AKU turunkan tiada yang dapat menyingkirkannya kecuali AKU !
Akan tetapi , mengapa AKU melihat ia dengan segala angan-angan dan harapan itu, selalu berpaling dari KU ?
Mengapakah ia sampai tertipu oleh yang lain ?
AKU telah memberikan kepadanya dengan segala kemurahan KU apa-apa yang tidak sampai harus ia minta. Ketika semua itu AKU cabut kembali darinya, lalu mengapa ia tidak lagi memintanya kepada KU untuk segera mengembalikannya, akan tetapi malah meminta pertolongan kepada selain AKU.
Apakah AKU yang memberi sebelum diminta, lalu ketika diminta tidak AKU berikan ?
Apakah AKU ini bakhil, sehingga dianggap bakhil oleh hamba KU ?
Tidakkah dunia dan akhirat itu semuanya milik KU ?
Tidakkah semua rahmat dan karunia itu berada di tangan KU ?
Tidakkah dermawan dan kemurahan itu adalah sifat KU ?
Tidakkah hanya AKU tempat bermuara semua harapan ?
Dengan demikian, siapakah yang dapat memutuskannya daripada KU ?
Apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang berharap, andaikan AKU berkata kepada semua penduduk langit dan bumi, ” Mintalah kepada KU !” AKU pun lalu memberikan kepada masing-masing orang, pikirkan apa yang terpikir pada semuanya ?
Dan semua KU berikan itu tidak akan mengurangi kekayaan KU meskipun sebesar debu.
Bagaimana mungkin kekayaan yang begitu sempurna akan berkurang, sedangkan AKU mengawasinya ?
Sungguh, alangkah celakanya orang yang terputus dari rahmat KU. Alangkah kecewanya orang yang berlaku maksiat kepada KU dan tidak memperhatikan AKU. Dan tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang haram seraya tiada malu kepada KU.
” Sesungguhnya AKU sesuai dengan prasangka hamba terhadap KU “
***
Dari Bukhari, Muslim, Tirmidhi dan Ibn Majah, diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a: Rasulullah s.a.w bersabda: “Allah s.w.t berfirman: Aku adalah berdasarkan kepada sangkaan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya ketika dia mengingatiKu. Apabila dia mengingatiKu dalam dirinya, nescaya aku juga akan mengingatinya dalam diriKu. Apabila dia mengingatiKu di majlis, nescaya Aku juga akan mengingatinya di dalam suatu majlis yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekatiKu dalam jarak sejengkal, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekatiKu sehasta, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKu dalam keadaan berjalan seperti biasa, nescaya Aku akan datang kepadanya seperti berlari-lari kecil.”
Kelakuan yang memang sangat tidak wajar jika harus tidak meminta padaNya kemudian malah berpaling dariNya. Selalu pikiran yang membuat kita kalang kabut dalam sebuah persoalan. Manusiawi memang, jika manusia selalu bersifat ketika ia ingin, maka hari itu ia ingin terjadi. Fenomena semacam ini sudah terlalu marak kita jumpai dan mungkin tanpa kita sadari mengendap dalam qolbu kita (na’udzubillah) tapi memang kenyataan sulit kita pecahkan, pencerahan macam apapun seolah-olah menjadi semacam hal paling biasa dan mereka pun tahu itu. Tapi anehnya, tetap saja berlaku demikian.
Karena memang ada banyak faktor yang mempengaruhi emosi, intuisi, atau seabrek gejala fsikologis yang mengarah pada penyelewengan aqidah secara halus. Sangat halus, dan saking halusnya ia seolah-olah menjadi hal yang sangat biasa dan dirasa tidak menyimpang. Dalam hidup kita selalu merasa lebih banyak gagal dari pada berhasil atau sukses, lebih sering rugi dari pada untung, dan selalu tersandung ketika baru maju beberapa langkah.
Namun nyata atau tidak, harapan yang tak kesampaian sering membuat kita frustasi, menyesali diri, bahkan menyalahkan Ilahi (na’udzubillah). Jika suatu kegagalan melanda, kita merasa seolah menjadi manusia yang paling nelangsa. Sebuah musibah membuat kita lupa sejuta anugerah. Seperti peribahasa “nila setitik merusak susu sebelangga”.
Padahal adalah sebuah kenyataan bahwasannya tidak setiap impian yang tergapai membuat kita damai, tidak setiap harapan yang kesampaian membuat hati tentram. Bahkan merupakan sebuah kenyataan bahwa banyak perkara yang kita benci ternyata adalah sesuatu yang paling baik disisiNya. Seperti dikatakan firmanNya dalam ayat berikut :

Kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (QS An-Nisa’ : 19).

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetauhi, sedangkan kamu tidak mengetauhi”. (QS Al-Baqarah : 216).
Persoalan tauhid dan aqidah memang sangat berat. Semoga dengan ini, kita bisa saling mengingatkan dan instropeksi diri, Insya Allah….



 Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh






wisatahati



Abu Hamid al Ghazali mengatakan "Temukanlah hatimu di tiga tempat. Pertama, saat membaca Al Quran, kedua saat shalat dan ketiga saat ingat akan kematian!. Kalau ternyata di tiga tempat itu kita tidak menemukan hati kita, maka berdoalah kepada Allah swt. Agar engkau dianugrahi hati, sebab itu berarti kita tidak memiliki hati"
Jika kita menemukan hati kita berada di tiga tempat tadi, insyaAllah kita akan mendapatkan diri kita berada di puncak kebahagian. Sebaliknya, bila tidak ditemukan, berarti kita tidak memiliki hati. Sekalipun demikian, janganlah putus asa mencari hati itu. Dan itu dapat dilakukan dengan cara terus-menerus bersimpuh di pintu Allah swt.


Suami-Ku..

Kau harus mengetahui maksud-Nya , bahwa,
Manusia terlahir dalam suatu kesatuan cinta yang utuh....
Dalam cinta yang murni terdapat unsur keindahan dalam qalbu manusia.

Kau harus mengetahui
 bahwa manusia adalah berperan besar dalam kehidupan di dunia ini.
Akan tetapi dia tidak akan berdiri sendiri tanpa pendamping di sisi-nya.
Da akan selalu hidup menyelaraskan diri-nya dengan pasangan hidup-nya.

Maka dari itu terciptalah adanya 'ADAM dan HAWA..'

Suami-ku..
Pasangan hidup adalah suatu unsur kesatuan yang menyeluruh...,
Masing-masing isi dari setiap individu itu mempunyai kepribadian dan ciri khas tersendiri.
Allah menciptakan 'Pasangan Hidup' dari unsur manusia itu sesuai qadar yang sudah ditentukan oleh-Nya.
Suami-ku...
Setiap insan 'Pasangan Hidup' sudah dalam pengaturan-Nya.
Aku-pun hidup sudah ditentukan dengan siapa aku akan berdampingan dalam mengarungi kehidupan yang fana ini.

Suami-ku
Kamu tahu tidak bahwa ,
Kau tercipta hanya untuk-ku,
Kau terlahir untuk menjaga dan melindungi-ku,
kau ter-Qadar untuk berdampingan dengan-ku..

Aku selalu berucap syukur atas semua karunia yang sangat indah dan berharga bahwa
aku telah di pasangkan untuk berdampingan dengan-mu.

Ya Allah. Ya Rabbi …..
KAU telah mengatur Qadar-ku untuk berdampingan dengan-nya..
KAU telah memberikan aura segar dalam kehidupan-ku
KAU telah membangkitkan semangat untuk hidup yang sesungguh-nya.

Cinta-ku pada Allah adalah ekspresi cinta-ku padamu..
Aku bersyukur selama ini ….
Kau selalu mendampingi-ku dalam suka dan duka,
Kau selalu mendampingi-ku dalammenyirami kegersangan hati-ku,
Kau selalu mendampingi-ku dalam penemuan jati diri-ku kepada Tuhan-ku.

Suami-ku
Kau tercipta untuk-Ku..
Kau adalah alat penyambung nafas-ku,
Kau adalah penenang dalam kegalauan-ku
Kau adalah imam yang selalu membimbing-ku dalam kepastian yang hakiki
Aku mencintai-mu hanya karena Allah,
Aku akan terus selalu mencintai-mu se’sanggup-ku, se’bisa-ku dan
Aku akan terus berjalan dengan membawa cinta dalam mengarungi dashyatnya kehidupan-ku ini.

Tanpa-mu mungkin layar ini tak berkembang dengan sempurna,
Tanpa-mu mungkin aku hanya bisa separuh bernafas,
Tanpa-mu mungkin hidup-ku hanya berwarna tanpa rasa..

Terima kasih Suami-ku,
Semoga apa yang kau raih dapat kau gapai dalam penantian-mu.
Semoga apa yang kau tuju selalu dalam pengharapan-mu
Semoga apa yg kamu idamkan selalu dalam ber-kehendak Allah.
Istri-mu selalu berdoa untuk-mu agar semua keinginan-mu selalu dalam ijjabah Allah.

Ya Allah Iindungi-lah Suami-ku dalam dia mencari nafkah untuk-ku dan keluarga-ku,
Berkahi-lah hidup-nya, Jagalah diri-nya, agar ia selalu tunduk atas ketentuan-Mu,
Jagalah keimanan dan ketaqwaan-nya, sayangi dan cintai-lah diri-nya, seperti aku mencintai-MU tanpa batas dan waktu.

Saat ini ….
Dia hanya milik-ku dan pendamping-ku dalam menempuh
ruang masa yang berbatas dengan ketetapan-MU.
Apapun yang KAU berikan, apapun yang KAU berkahi adalah milik kami
untuk dapat kami syukuri atas nikmat-MU.

Ya Allah kami ridha akan ketetapan-MU..
Apapun itu adalah hak-MU dan kami ikhlas jika KAU ambil terlebih dahulu
dari kami diantara salah satunya.
Karena kami sadar bahwa, kami adalah makhluk ciptaan-MU.
Karena kami di pasang-pasangkan oleh-Mu
Karena Engkau mengerti akan Maksud-Nya.

Pelihara-lah cinta kasih kami dalam mengarungi bahtera perkawinan ini,
Semoga KAU meng-ijabah doa-doa yang kupanjatkan untuk suami-ku ,
Semoga KAU senantiasa memberikan tuntunan agar aku selalu dapat melayani suamiku
dengan sebaik-baiknya,
Amin… Amin … Ya Rabbil Alamin.



~AmbarSari S.~

Monday 27 September 2010







Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.

Suamiku…..

Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan,

Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” [QS: An Nisa' 19].


Rasulullah yang kita cintai pun berpesan,

“Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka.” Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannyapasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)

Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau
mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.

Saat diriku rela pergi bersama dirimu,
kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang
mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu.
Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. Bukankah sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, “Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?” 
Ali r.a. pun menjawab, “Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya.” 

Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.

Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, “Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian.” Janganlah engkau keras terhadapku, karena Rasulullah pun tak pernah berbuat kasar terhadapistri-istrinya.

Duhai Suamiku

Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa,

“Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya.”
[HRMuslim].


Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.

Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.

Wahai Allah,
Engkau-lah saksi ikatan hati ini…
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cintaku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu. Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu, hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.
Jika ia rindu, jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu. Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu, ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.

Ya Allah,

Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu,telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kukuhkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

Amin ya rabbal alamin.




~cahayaHatiku~





Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Wahai sang Istri ....
Apakah akan membahayakan dirimu, kalau anda menemui suamimu dengan wajah yang berseri, dihiasi senyum yang manis di saat dia masuk rumah.?

Apakah memberatkanmu, apabila anda menghapus debu dari wajahnya, kepala, dan baju serta mengecup pipinya.?!!



Apakah anda akan merasa sulit, jika anda menunggu sejenak di saat dia memasuki rumah, dan tetap berdiri sampai dia duduk.!!!

Mungkin tidak akan menyulitkanmu, jika anda berkata kepada suami : Alhamdulillah atas keselamatan Kanda, kami sangat rindu kedatanganmu, selamat datang kekasihku.

Berdandanlah untuk suamimu -harapkanlah pahala dari Allah di waktu anda berdandan itu, karena Allah itu Indah dan mencintai keindahan- pakailah parfum, dan bermake up-lah, serta pakailah busana yang paling indah untuk menyambut suamimu.

Jauhi dan jauhilah bermuka asam dan cemberut.

Janganlah anda mendengar dan menghiraukan perusak dan pengacau yang akan merusak dan mengacaukan keharmonisanmu dengan suami.

Janganlah selalu tampak sedih dan gelisah, akan tetapi berlindunglah kepada Allah dari rasa gelisah, sedih, malas dan lemah.

Janganlah berbicara terhadap laki-laki lain dengan lemah-lambut, sehingga menyebabkan orang yang di hatinya ada penyakit mendekatimu dan mengira hal-hal yang jelek terhadap dirimu.

Selalulah berada dalam keadaan lapang dada, hati tentram, dan ingat kepada Allah setiap saat.

Ringankanlah suamimu dari setiap keletihan, kepedihan dan musibah serta kesedihan yang menimpanya.

Suruhlah suamimu untuk berbakti kepada ibu bapaknya.

Didiklah anak-anakmu dengan baik. Isilah rumah dengan tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir, perbanyaklah membaca Al-Quran terutama surat Al-Baqarah, karena surat itu dapat mengusir syeitan.

Hilangkanlah dari rumahmu foto-foto, alat-alat musik dan alat-alat yang bisa merusak agama.

Bangunkanlah suamimu untuk melaksanakan shalat malam, doronglah dia untuk melakukan puasa sunat, ingatkan dia akan keutamaan bersedekah, dan jangan anda menghalanginya untuk menjalin hubungan siraturrahim dengan karib kerabatnya.

Perbanyaklah beristighfar untuk dirimu, suamimu, serta kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Berdoalah kepada Allah, agar dianugerahkan keturunan yang baik, niat yang baik serta kebaikan dunia dan akhirat. Ketahuilah sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar doa dan mencintai orang yang nyinyir dalam meminta. Allah berfirman:Dan Rabbmu berkata : serulah Aku niscaya Aku penuhi doamu (Al-Ghafir : 60).


Wahai sang suami ....

Apakah membebanimu wahai hamba Allah, untuk tersenyum di hadapan istrimu dikala anda masuk ketemu istri tercinta, agar anda meraih pahala dari Allah?!!

Apakah membebanimu untuk berwajah yang berseri-seri tatkala anda melihat anak dan istrimu?!!

Apakah menyulitkanmu wahai hamba Allah, untuk merangkul istrimu, mengecup pipinya serta bercumbu disaat anda menghampiri dirinya?!!

Apakah memberatkanmu untuk mengangkat sesuap nasi dan meletakkannya di mulut sang istri, agar anda mendapat pahala?!!

Apakah termasuk susah, kalau anda masuk rumah sambil mengucapkan salam dengan lengkap : "Assalamu`alaikum Warahmatullah Wabarakatuh" agar anda meraih 30 kebaikan?!!

Apa yang membebanimu, jika anda menuturkan untaian kata-kata yang baik yang disenangi kekasihmu, walaupun agak terpaksa, dan mengandung bohong yang dibolehkan?!!

Tanyalah keadaan istrimu di saat anda masuk rumah!!

Apakah memberatkanmu, jika anda menuturkan kepada istrimu di saat masuk rumah : "Duhai kekasihku, semenjak Kanda keluar dari sisimu, dari pagi sampai sekarang, serasa bagaikan setahun".

Sesungguhnya, jika anda betul-betul mengharapkan pahala dari Allah walau anda letih dan lelah, anda mendekati sang istri tercinta dan menjimaknya, maka anda mendapatkan pahala dari Allah, karena Rasulullah bersabda :"Dan di air mani seseorang kalian ada sedekah".

Apakah melelahkanmu wahai hamba Allah, jika anda berdoa dan berkata : Ya. Allah perbaikilah istriku dan berkatilah daku pada dirinya.

Ucapan yang baik adalah sedekah.
Wajah yang berseri dan senyum yang manis di hadapan istri adalah sedekah.
Mengucapkan salam mengandung beberapa kebaikan.
Berjabat tangan mengugurkan dosa-dosa.
Berhubungan badan mendapatkan pahala.


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh



Diambil dari kitab " Fiqh pergaulan suami istri " oleh Syeikh Mushtofa Al Adawi

Sunday 26 September 2010





Ungkapan Sederhana Untuk Istri Tercinta


Bila malam sudah beranjak mendapati Subuh, bangunlah sejenak...
Lihatlah istri anda yang sedang terbaring letih menemani bayi Anda. Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian ini badannya
tak menemukan kesempatan untuk istirah barang sekejap, Kalau saja tak ada air
wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikannya sudah tak ada lagi.

Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat Anda sudah bisa
merasakan betapa segar udara pagi, Tubuh letih istri Anda barangkali belum benar benar menemukan kesegarannya.
Sementara anak-anak sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya,membisingkan telinganya dengan tangis serta membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baru berganti pakaian, sudah dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri Anda pula yang harus mencucinya.

Di saat seperti itu,
 apakah yang Anda pikirkan tenang dia? Masihkah Anda
memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-anaknya seperti kisah dari negeri dongeng sementara di saat yang sama. Anda menuntut dia untuk menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam bicara, lulus dalam memilih kata serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya.

Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan yang sempurna,
yang selalu berlaku halus dan lembut? Tentu saja saya tidak tengah mengajak
Anda membiarkan istri kita membentak anak-anak dengan mata membelalak. "Tidak.." Saya hanya ingin mengajak Anda melihat bahwa tatkala tubuhnya amat letih, sementara kita tak pernah menyapa jiwanya, maka amat wajar kalau ia tidak sabar.
begitu pula manakala matanya yang mengantuk tak kunjung memperoleh kesempatan untuk
tidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya akan menanjak. Disaat itulah
jarinya yang lentik bisa tiba-tiba membuat anak kita menjerit karena cubitannya yanq
bikin sakit.

Apa artinya?
 Benar, seorang istri shalihah memang tak boleh bermanja-manja
secara kekanak-kanakan, apalagi sampai cengeng.
Tetapi istri shalihah tetaplah manusia yang membutuhkan penerimaan. Ia juga butuh diakui, meski tak pernah meminta kepada Anda.

Sementara gejolak-gejolak jiwa yang memenuhi dada, butuh telinga yang mau
mendengar.
Kalau kegelisahan jiwanya tak pernah menemukan muaranya berupa kesediaan
untuk mendengar, atau ia tak pernah Anda akui keberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan siapa-siapa kecuali dirimu sendiri jika ia tiba-tiba meledak. Jangankan istri kita yang suaminya tidak terlalu istimewa, istri Nabi pun pernah mengalami situasi-situasi yang penuh ledakan, meski yang membuatnya meledak-ledak bukan karena Nabi Saw. tak mau mendengar melainkan semata karena dibakar api kecemburuan. Ketika itu, Nabi Saw. hanya diam menghadapi 'Aisyah yang sedang cemburu seraya memintanya untuk mengganti mangkok yang dipecahkan.

Alhasil, ada yang harus kita benahi dalam jiwa kita.
Ketika kita menginginkan ibu anak-anak kita selalu lembut dalam mengasuh,
maka bukan hanya nasehat yang perlu kita berikan. Ada yang lain.

Ada kehangatan yang perlu kita berikan agar hatinya tidak dingin, apalagi
beku, dalam menghadapi anak-anak setiap hari, Ada penerimaan yang perlu kita tunjukkan agar anak-anak itu tetap menemukan bundanya sebagai tempat untuk memperoleh kedamaian, cinta dan kasih-sayang.

Ada ketulusan yang harus kita usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar
ia masih tetap memiliki energi untuk tersenyum kepada anak-anak kita.
Sepenat apa pun ia.

Ada lagi yang lain: Pengakuan.
Meski ia tidak pernah menuntut, tetap mestikah kita menunggu sampai mukanya
berkerut-kerut.

Karenanya, marilah kita kembali ke bagian awal tulisan ini.
Ketika perjalanan waktu telah
melewati tengah malam, pandanglah istri Anda yang terbaring letih itu.
lalu pikirkankah sejenak, tak adakah yang bisa kita lakukan sekedar Untuk
menqucap terima kasih atau menyatakan sayang? Bisa dengan kata yang
berbunga-bunga, bisa tanpa kata.
Dan sungguh, lihatlah betapa banyak cara untuk menyatakannya.
Tubuh yang letih itu, alangkah bersemangatnya jika disaat bangun nanti
ada secangkir minuman hangat yang diseduh dengan dua sendok teh gula dan satu cangkir cinta.

Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka, "Ada secangkir minuman
hangat untuk istriku. Perlukah aku hantarkan untuk itu?"


Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa Anda lakukan. Mungkin sekedar
membantunya menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan
tindakan-tindakan lain, asal tak salah niat kita. Kalau kita terlibat dengan pekerjaan di dapur, memandikan anak,
atau menyuapi si mungil sebelum mengantarkannya ke TK, itu bukan karena
gender-friendly; tetapi semata karena mencari ridha Allah.
Sebab selain niat ikhlas karena Allah, tak ada artinya apa yang kila lakukan.
Kita tidak akan mendapati amal-amal kita saat berjumpa dengan Allah di Yaumil-kiyamah.

Aalaakullihal, apa yang ingin Anda lakukan, terserah Anda.
Yang jelas, ada pengakuan untuknya, baik lewat ucapan terima kasih atau tindakan yang menunjukkan bahwa dialah yang terkasih.

Semoga dengan kerelaan kita untuk menyatakan terima-kasih, tak ada airmata
duka yang menetes dari kedua kelopaknya.

Semoga dengan kesediaan kita untuk membuka telinga baginya, tak ada
lagi istri yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa
tak didengar.

Dan semoga pula dengan perhatian yang kita berikan kepadanya, kelak istri kita
akan berkata tentang kita sebagaimana Bunda 'Aisyah radhiyallahu anha berucap
tentang suaminya, Rasulullah Saw., "Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku."

Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang terbaring letih, sesudah engkau
perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah ia sejenak
untuk meneruskan istirahnya. Hembusan udara dingin yang mungkin bisa
mengusik tidurnya,
tahanlah dengan sehelai selimut untuknya.Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih-sayang dan cinta yang tak lekang oleh perubahan,
Semoga engkau termasuk laki-laki yang mulia sebab tidak memuliakan wanita
kecuali laki-laki yang mulia.

Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakkurmu.
Marilah kita ingat kembali ketika Rasulullah Saw. berpesan tentang istri
kita. "Wahai manusia,sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka.
Ketahuilah,kata Rasulullah Saw. melanjutkan,
"kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari Allah, dan kalian halalkan kehormatan mereka dengan kitab Allah.

Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan atas kalian
untuk selalu berbuat baik. "




Karya : M. Fauzil Adzim







Nasehat ini untuk semuanya ……….
Untuk mereka yang sudah memiliki arah………
Untuk mereka yang belum memiliki arah………
dan untuk mereka yang tidak memiliki arah.
Nasehat ini untuk semuanya…….
Semua yang menginginkan kebaikan.


Nikah itu ibadah…….
Nikah itu suci……….. ingat itu……

Memang nikah itu bisa karena harta, bisa karena
kecantikan, bisa karena keturunan dan bisa karena agama.
Jangan engkau jadikan harta, keturunan maupun kecantikan sebagai alasan…..
karena semua itu akan menyebabkan celaka.
Jadikan agama sebagai alasan….. Engkau akan mendapatkan kebahagiaan.

Tidak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta….
Namun…… jika cinta engkau jadikan sbg landasan,
maka keluargamu akan rapuh, akan mudah hancur.
Jadikanlah ” ALLAH ” sebagai landasan……
Niscaya engkau akan selamat, Tidak saja dunia, tapi juga akherat…….
Jadikanlah ridho Allah sebagai tujuan……
Niscaya mawaddah, sakinah dan warahmah akan tercapai.

Jangan engkau menginginkan menjadi raja dalam “Istanamu”…..
disambut istri ketika datang dan dilayani segala kebutuhan…….
Jika ini kau lakukan “istanamu” tidak akan langgeng..

Lihatlah manusia ter-agung Muhammad saw….
Beliau tidak marah ketika harus tidur di depan pintu, beralaskan sorban,
karena sang istri tercinta tdk mendengar kedatangannya.

Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan
tersaji dihadapannya ketika lapar……..
Menjahit bajunya yang robek……..

Jangan engkau menginginkan menjadi ratu dalam “istanamu”…..
Disayang, dimanja dan dilayani suami……
Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu….
Jika itu engkau lakukan, “istanamu” akan menjadi neraka bagimu

Jangan engkau terlalu cinta kepada istrimu………
Jangan engkau terlalu menuruti istrimu……
Jika itu engkau lakukan akan celaka….
Engkau tidak akan dapat melihat yang hitam dan yang putih,
tidak akan dapat melihat yang benar dan yang salah…..
Lihatlah bagaimana Allah menegur ” Nabi “-mu
tatakala mengharamkan apa yang Allah halalkan hanya karena
menuruti kemauan sang istri.

Tegaslah terhadap istrimu…..
Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah…….
Jangan biarkan dia dengan kehendaknya……
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth…..
Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka menjadi penentang…..
Istrimu bisa menjadi musuhmu….

Didiklah istrimu…
Jadikanlah dia sebagai Hajar, wanita utama yang loyal terhadap tugas suami, Ibrahim.
Jadikan dia sebagai Maryam, wanita utama yang bisa menjaga kehormatannya……
Jadikan dia sebagai Khadijah, wanita utama yang bisa mendampingi sang
suami Muhammad saw menerima tugas risalah…..

Istrimu adalah tanggung jawabmu….
Jangan kau larang mereka taat kepada Allah…..
Biarkan mereka menjadi wanita shalilah…
Biarkan mereka menjadi hajar atau Maryam….
Jangan kau belenggu mereka dengan egomu…

Jika engkau menjadi istri…
Jangan engkau paksa suamimu menurutimu…
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Allah……
Siapkan dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia terhadap tugas suami…..
Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam, yang bisa menjaga kehormatannya….
Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah, yang bisa yang bisa mendampingi suami menjalankan misi.

Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu….
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu….
Jika itu kau lakukan….. Kecintaannya terhadapmu akan
memaksanya menjadi pendurhaka…… jangan……….

Jika engkau menjadi Ayah.....

Jadilah Ayah yang bijak seperti Lukmanul Hakim
Jadilah Ayah yang tegas seperti Ibrahim
Jadilah Ayah yang kasih seperti Muhammad saw
Ajaklah anak-anakmu mengenal Allah……….
Ajaklah mereka taat kepada Allah…….
Jadikan dia sebagai Yusuf yang berbakti…….
Jadikan dia sebagai Ismail yang taat…….
Jangan engkau jadikan mereka sebagai Kan’an yang durhaka.

Mohonlah kepada Allah……….
Mintalah kepada Allah, agar mereka menjadi anak yang shalih…..
Anak yang bisa membawa kebahagiaan.

Jika engkau menjadi ibu….
Jadilah engkau ibu yang bijak, ibu yang teduh….
Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu….
Jadikanlah mereka mujahid………
Jadikanlah mereka tentara-tentara Allah…..
Jangan biarkan mereka bermanja-manja…..

Amin….





~iluvislam.com~