Pages

Sunday 31 October 2010




Wahai anakku
Tiadakah kau tahu  bahwa alam tersenyum manis padamu hari ini
Bulan bergembira di porosnya
Bintang-bintang ceria sesamanya
Dan planet-planet bertasbih mendoakanmu

Tiadakah kau tahu, anakku
Bahwa Allah begitu sayang padamu
Menobatkanmu jiwa yang fitrah
Engkau bersih di seluruh tubuhmu
Engkau suci diawal nafas dan detak jantungmu

Wahai anakku
Wajahmu bak ibumu saat pertama kali ayah temui nafasnya
Tampan hatimu bak ayahmu yang akan menghadapi banyak ujian
Sejak engkau lahir hingga kelak engkau beranjak dewasa

Ayah ingin engkau tahu, anakku
Suci-mu saat ini adalah ujian
Tangismu adalah doa
Dan susu yang kau minum itu bisa jadi amal juga jadi dosa

Wahai anakku
Ayah dan ibu berharap dengan doa
Semoga engkau cepat tumbuh dewasa karena Tuhan menanti jihadmu
Menebarkan cinta Ilahi
Menyerukan ayat-ayat Tuhan
Menemukan Syurga Firdaus di jalan-Nya
Dan Berjumpa dengan-Nya

Nak, Ayah dan ibu cinta padamu!

Wednesday 27 October 2010

Satu menit? Sepertinya tak bermakna, mungkin karena tak berasa. Lewat begitu saja.Hanya enam puluh ketukan, jika satu ketukan itu bernilai satu detik. Benar-benar tak terasa, hingga akhirnya tak dimaknai. Seringkali kumpulan menit itu kita perlakukan seperti air, mengalir begitu saja. Tanpa kita berikan arah, tanpa kita tetapkan tempat berakhir. Mengalir, mengalir dan mengalir…Seringkali himpunan menit itu kita perlakukan seperti gelas, kita isi dan nikmati tanpa kita sadari khasiat dari isi gelas itu sendiri. Yang penting lezat, segar dan mengusir rasa haus kita.


Padahal satu menit, enam puluh ketukan itu bisa membawa kita kepada dua pilihan tempat berakhir. Keindahan atau kepedihan. Karena enam puluh ketukan itu ternyata bernilai, sangat bernilai dimata Sang Pemilik waktu, Sang Maha Penghenti waktu. Karena satu menit itu tak pernah luput dari penglihatan dan pengawasan Sang Maha Bijak, Sang Maha Pemberi ganjaran. Karena satu menit itu memiliki arti bagiNya, atas keputusan yang ditetapkan untuk kita.


Dia akan menghargai satu menit yang dimiliki dalam hidup ini dengan berlipat penghargaan yang tak terbayangkan oleh kita. Karena Dia-lah sebaik-baiknya pemberi penghargaan bagi manusia yang tak pernah lelah mencari perhatianNya.
Satu menit saja, tak lebih, dapat bermakna, jika kita mau. 
Satu menit saja, hanya satu menit, dapat bernilai, jika kita tahu.
Karenanya satu menit itu tak layak kita buang.


Dalam satu menit, kita bisa melakukan banyak kebaikan dan kebahagiaan.


Dalam satu menit kita bisa mendendangkan al-Faatihah dengan penuh cinta sebanyak tiga kali.
Hanya tiga kali memang, tapi menurut orang-orang bijak, dengan membaca al-Faatihah satu kali saja, Allah memberikan 600 kebaikan.


Dalam satu menit, kita dapat membisikkan surat al Ikhlaas dua puluh kali, tak perlu bersuara, hanya berbisik. Allah menilai bisikan penuh makna itu sama seperti kita membaca sepertiga kitabNya.


Dalam satu menit, kita bisa mengaturkan dzikir, Laa ilaaha illallaah wahdahu laa shariikalah,lahu’l-mulk wa lahu’l-hamd wa huwa ‘ala kulli shay’in qodiir.


Dalam satu menit kita bisa mengirimkan puji Subhaanallaahi wa bi hamdihi sebanyak seratus kali. Allah akan mengampuni dosa-dosa kita meski dosa itu sebanyak buih di lautan.


Dalam satu menit kita bisa membalas cintaNya dengan mengucap Subhaan allaahi wa bi hamdihi Subhaanallaahil-’Aziim sebanyak lima puluh kali. Allah mencintai manusia yang mengucapkan dua kata ini dari bibirnya, demikian yang tertulis dalam hadits riwayat Bukhari Muslim. Rasul berkata, “Saat aku mengucapkan ‘Subhaanallaah, wa’l-hamdu Lillah, wa laa ilaah ill-Allaah, wa Allaahu Akbar (Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, Tiada tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar), maka cintaNya berhamburan untukku (hadits riwayat Muslim).


Dalam satu menit, kita dapat mengucapkan itu sebanyak delapan belas kali. Karena kata-kata ini senantiasa dicintaiNya, kata-kata terbaik penuh dengan makna.


Dalam satu menit, kita bisa menyatakan Tidak ada kekuatan dan kekuasaan selain milikNya, Laa hawla wa laa quwwata illa Billaah. Kata-kata ini adalah satu dari kekayaan dari surga, seperti yang tercantum dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari-Muslim. Kata kata ini membuat Allah mengangkat kesulitan yang ada dan membantu kita meraih yang kita inginkan.


Dalam satu menit, kita bisa menegaskan kembali pernyataan kita terdahulu, sebelum kita lahir ke dunia ini, Laa ilaaha ill-Allaah sebanyak lima puluh kali. Ini adalah kata-kata terbesar milikNya. Karena dengan memaknai kata-kata ini dalam hati, sudah cukup bukti bahwa kita mengakui keberadaanNya.


Dalam enam puluh ketukan kita bisa membaca Subhaanallaah wa bi hamdih, ‘adada khalqihi, wa ridaa nafsihi, wazinata ‘arshihi, wa midaada kalimaatihi (Maha suci Allah, sebanyak apa yang diciptakanNya, sebanyak keridhoanNya, seberat Arasy-Nya dan sebanyak tinta kata-kataNya).


Dalam satu menit, kita dapat memohon ampunanNya dengan membaca Astaghfir-Allaah sebanyak seratus kali. Dengan kesadaran sepenuhnya atas berjuta dosa yang kita lakukan.


Dalam satu menit, kita dapat mengirim doa untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, dengan mengucap Sallallaahu ‘alayhi wasallam (Semoga Allah memberkati dan memberinya kedamaian). Dengan doa itu Allah akan memberikan lima ratus kebaikan.


Dalam satu menit, kita bisa memotivasi hati kita dengan menghaturkan terima kasih padaNya, MencntaiNya, hanya berharap padaNya, takut atasNya, dan tetap melanjutkan hidup hanya karenaNya. Ini bisa kita lakukan saat kita merebahkan tubuh kita untuk beristirahat atau mungkin saat kita berjalan menuju suatu tempat.


Dalam satu menit, kita bisa membaca lebih dari dua halaman dari buku yang bermanfaat bagi kita, dan membuat kita lebih memaknai hidup. Dalam satu menit, kita bisa mencurahkan kerinduan, berbincang dengan teman lama yang terikat karena cinta Allah.


Dalam satu menit kita bisa menengadahkan tangan dan memanjatkan doa atas apa yang kita harapkan bagi diri ini.


Dalam satu menit kita bisa mengucapkan salam, mendoakan orang lain atas keselamatannya.


Dalam satu menit kita bisa sedikit merenung, mengusir bisikan setan yang senantiasa tak pernah bosan mengganggu kita untuk berpaling dariNya.


Dalam satu menit kita bisa menikmati sesuatu dengan penuh rasa syukur, bahwa kita masih punya waktu menikmatinya.


Dalam satu menit kita bisa memberikan kata-kata berharga bagi saudara kita, sekedar saling mengingatkan ke-alfaannya, menunaikan haknya untuk selalu diingatkan.


Dalam satu menit kita bisa membuang sesuatu yang berbahaya ditengah jalan.
Hanya satu menit, dan semoga berarti bagiNya.




Ami Ruchjat

Sunday 24 October 2010



Jika Anda merasa selalu hidup dalam tekanan, coba lihatlah mereka..
Photobucket
Jika Anda merasa pekerjaan anda sangatlah berat, bagaimana dengan dia??
Photobucket
Bila Anda merasa gaji anda sangat sedikit, bagaimana dengan anak yg malang ini??
Photobucket
Jika Anda merasa belajar adalah sebuah beban, contohlah semangat dia..
Photobucket
Jika Anda sempat merasa putus asa, ingatlah orang ini??
Photobucket
Pantaskah kita mengeluh tentang makanan disaat ia sedang membayangkan makan happy meal??
Photobucket
Jika Anda merasa hidup anda sangat menderita, apakah anda juga merasakan penderitaan seperti orang ini??
Photobucket
Jika Anda merasa hidup Anda tidak adil, bagaimana dengan dia??
Photobucket
Di saat kita kecil dimanja dan di sayang, manjakah mereka?
Photobucket
Tdk merasa bersalahkah kita masih selalu tidak mendengarkan bahkan melawan ibu kita?
Photobucket
Tanyalah ke dalam diri kita sendiri, dibandingkan dengan mereka, seberapa beruntungkah sebenarnya kita?
Masih pantaskah kita selalu mengeluh akan masalah-masalah “kecil” yang menimpa hidup kita?
Di saat kita dihadapi oleh berbagai rintangan dalam hidup, ingat, kita tidak pernah kehilangan opsi untuk tetap bersyukur..
Bukankah bersyukur merupakan cara paling mudah untuk mencicipi kebahagiaan??
Mari kita Renungkan Bersama..


http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3270251


“Dunia memang aneh”, Guman Pak Ustadz.
“Apanya yang aneh Pak?” Tanya seorang santri.
“Tidakkah kalian perhatikan disekeliling kalian, bahwa dunia menjadi terbolak-balik, tuntunan jadi tontonan, tontonan jadi tuntunan, sesuatu yang wajar dan seharusnya dipergunjingkan, sementara perilaku menyimpang dan kurang ajar malah menjadi pemandangan biasa”,
” Coba kalian rasakan sendiri, nanti Maghrib, kalian kemasjid, kenakan pakaian yang paling bagus yang kalian miliki, pakai minyak wangi, pakai sorban, lalu kalian berjalan kemari, nanti kalian ceritakan apa yang kalian alami” Kata Pak Ustadz.
Tanpa banyak tanya, santri itu pun melakukan apa yang diperintahkan Pak Ustadz, menjelang maghrib, santri itu bersiap dengan mengenakan pakaian dan wewangian dan berjalan menunju masjid yang berjarak sekitar 800m dari rumah.
Belum setengah perjalanan, penulis berpapasan dengan seorang ibu muda yang sedang jalan-jalan sore sambil menyuapi anaknya, “Aduh, tumben nih rapih banget, kayak pak ustadz, mau kemana sih?” Tanya ibu muda itu.

Sekilas pertanyaan tadi biasa saja, karena memang kami saling kenal, tapi ketika dikaitkan dengan ucapan PAK USTADZ di atas, menjadi sesuatu yang lain rasanya;
“Kenapa orang yang hendak pergi ke masjid dengan pakaian rapih dan memang semestinya seperti itu ditumbenin? 
Kenapa justru orang yang jalan-jalan dan ngasih makan anaknya di tengah jalan, di tengah kumandang adzan maghrib menjadi biasa-biasa saja? 
Kenapa orang ke masjid dianggap aneh? 
Orang yang pergi kemasjid akan terasa “aneh” ketika orang-orang lain justru tengah asik nonton sinetron. Orang ke masjid akan terasa “aneh” ketika melalui kerumunan orang-orang yang sedang ngobrol di pinggir jalan dengan suara lantang seolah meningkahi suara panggilan adzan.
Orang ke masjid terasa “aneh” ketika orang lebih sibuk mencuci motor dan mobilnya yang kotor kehujanan.

Ketika hal itu penulis ceritakan ke Pak Ustadz, beliau hanya tersenyum, “Kamu akan banyak menjumpai “keanehan-keanehan” lain di sekitarmu” , kata Pak Ustadz.
“Keanehan-keanehan” di sekitar kita?

Cobalah ketika kita datang ke kantor, kita lakukan shalat sunah dhuha, pasti akan nampak “aneh” di tengah orang-orang yang sibuk sarapan, baca koran dan ngobrol.

Cobalah kita shalat dhuhur atau Ashar tepat waktu, akan terasa “aneh”, karena masjid masih kosong melompong, akan terasa aneh di tengah-tengah sebuah lingkungan dan teman yang biasa shalat diakhir waktu.

Cobalah berdzikir atau tadabur Al qur’an ba’da shalat, akan terasa aneh di tengah-tengah orang yang tidur mendengkur setelah atau sebelum shalat. Dan makin terasa aneh ketika lampu mushola/masjid harus dimatikan agar tidurnya tidak silau dan nyaman. Orang yang mau shalat malah serasa menumpang ditempat orang tidur, bukan malah sebaliknya, yang tidur itu justru menumpang di tempat shalat. Aneh bukan?

Cobalah hari ini shalat jum’at lebih awal, akan terasa aneh, karena masjid masih kosong, dan baru akan terisi penuh manakala khutbah ke dua menjelang selesai.

Cobalah anda kirim artikel atau tulisan yang berisi nasehat, akan terasa aneh di tengah-tengah kiriman artikel atau pun e-mail yang berisi humor, plesetan, asal nimbrung, atau sekedar gue, elu, gue, elu dan test..test, test saja.

Cobalah baca artikel atau tulisan yang berisi nasehat atau hadits, atau ayat al qur’an, pasti akan terasa aneh di tengah orang-orang yang membaca artikel-artikel lelucon, lawakan yang tak lucu, berita hot atau lainnya.

Dan masih banyak keanehan-keanehan lainnya, tapi sekali lagi jangan takut menjadi orang “aneh” selama keanehan kita sesuai dengan tuntunan syari’at dan tata nilai serta norma yang benar.

Jangan takut “ditumbenin” ketika kita pergi ke masjid, dengan pakaian rapih, karena itulah yang benar yang sesuai dengan al qur’an (Al A’raf:31)

Jangan takut dikatakan “sok alim” ketika kita lakukan shalat dhuha dikantor, wong itu yang lebih baik kok, dari sekedar ngobrol ngalor-ngidul tak karuan.

Jangan takut dikatakan “Sok Rajin” ketika kita shalat tepat pada waktunya, karena memang shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya terhadap orang-orang beriman.

Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman “. (Annisaa:103)

Jangan takut untuk shalat jum’at/shalat berjama’ah berada dishaf terdepan, karena perintahnya pun bersegeralah. ….,Karena dishaf terdepan itu ada kemuliaan sehingga dijaman Nabi Salallahu’alaihi wassalam para sahabat bisa bertengkar cuma gara-gara memperebutkan berada dishaf depan

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
 Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1475]. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui“. (Al Jumu’ah:9)

Jangan takut kirim artikel berupa nasehat, hadits atau ayat-ayat al qur’an, karena itu adalah sebagian dari tanggung jawab kita untuk saling menasehati, saling menyeru dalam kebenaran, dan seruan kepada kebenaran adalah sebaik-baik perkataan;

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Fusshilat:33)

Jangan takut artikel kita tidak dibaca, karena memang demikianlah Allah menciptakan ladang amal bagi kita. Kalau sekali menyerukan, sekali kirim artikel lantas semua orang mengikuti apa yang kita serukan, habis donk ladang amal kita….
Kalau yang kirim e-mail humor saja, gue/elu saja, test-test saja bisa kirim e-mail setiap hari, kenapa kita mesti risih dan harus berpikir ratusan atau bahkan ribuan kali untuk saling memberi nasehat, aneh nggak sih?
Jangan takut dikatain sok pinter, sok menggurui, sok tahu, lha wong itu yang disuruh kok, “Sampaikan dariku walau satu ayat”( Potongan dari hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3461 dari hadits Abdullah Ibn Umar)

Jangan takut baca e-mail dari siapapun, selama e-mail itu berisi kebenaran dan bertujuan untuk kebaikan. Kita tidak harus baca e-mail dari orang-orang terkenal, e-mail dari manajer atau dari siapapun kalau isinya sekedar dan ala kadarnya saja, atau dari e-mail yang isinya asal kirim saja. 

Mutiara akan tetap jadi mutiara terlepas dari siapapun pengirimnya. Pun sampah tidak akan pernah menjadi emas, meskipun berasal dari tempat yang mewah sekalipun.
Lakukan “keanehan-keanehan” yang dituntun manhaj dan syari’at yang benar. Kenakan jilbab dengan teguh dan sempurna, meskipun itu akan serasa aneh ditengah orang-orang yang berbikini dan ber-U can see.

Jangan takut mengatakan perkataan yang benar (Al Qur’an & Hadist), meskipun akan terasa aneh ditengah hingar bingarnya bacaan vulgar dan tak bermoral.
Lagian kenapa kita harus takut disebut “orang aneh” atau “manusia langka” jika memang keanehan-keanehan menurut pandangan mereka justru yang akan menyelematkan kita.

Selamat jadi orang aneh yang bersyari’at dan bermanhaj yang benar.



Arsyadal Umam